Pengalaman Spiritual

Author : Wahyu SaNedaTidak ada komentar

Pengertian Spiritualitas
Spiritualitas menurut Schreurs (2002) merupakan hubungan personal seseorang terhadap sosok transenden. Spiritualitas mencakup inner life individu, idealisme, sikap, pemikiran, perasaan dan pengharapannya terhadap Yang Mutlak. Spiritualitas juga mencakup bagaimana individu mengekspresikan hubungannya dengan sosok transenden tersebut dalam kehidupan sehari-harinya.

Pengertian Pengalaman Spiritual 
Berikut ada beberapa pengertian dari pengalaman spiritual:
- Spiritual experience (pengalamaspiritualadalah pengalaman akan 
  sesuatu yang diluar batas kemampuan penafsiran panca indera, pikiran dan intelijensi. 
     Experience(pegalaman) adalah sesuatu yang dapat ditafsirkan melalui media panca  
   indera, pikirandan intelijensi. Misalnya saja pengalaman memakan makanan favorit.
- Pengalaman spiritual adalahal yang berbeda denganpengalama  religius, seperti halnybeda antara spiritual denganreligius.  
- Pengalaman    religius merupakan bagian dari pengalaman spiritual, akan  
   tetapi pengalaman spiritual belum tentu adalah pengalaman religius 
  Pengalaman religius lebih mengarah kepadpengalaman akan  kehadiran   
      Tuhan
Spiritual experience sangat penting sebagai bagian dari pengembangan spiritualintelligence. Berikut adalah beberapa alasan mengapa spiritual experience penting:
1. Mereduksi ego dengan menekankan pada kehebatan Tuhan 
2. Kesadaran prosespiritual 
3. Merupakan suatu tahapan penting dalam pengembangan   spiritual
Sebagian besar orang yang mengaku memiliki pengalaman spiritual dan kemudian memiliki posisi penting di masyarakat juga banyak yang penipu. Barangkali bukan penipu dalam artian kriminal melainkan secara sadar ataupun tidak sadar, sesungguhnya mereka itu tidak memiliki pondasi yang kuat dalam menceritakan pengalaman spiritualnya atau bahkan memberikan nasehat berdasarkan petunjuk spiritualnya. Kita bahkan sangat sering mendengar istilah guru spiritual dalam berbagai kesempatan, atas dasar apa kita kemudian memiliki keyakinan kepada mereka yang mengklaim diri atau dikenal sebagai guru spiritual, serta bagaimana ukurannya. Tentunya kita hanya dapat menerimana tanpa melakukan penyelidikan lebih dalam.

Sejumlah kelompok spiritual belakangan terbukti melakukan penipuan dengan tujuan memperoleh keuntungan uang. Sayangnya masyarakat kita yang cenderung kurang memiliki pengetahuan yang dalam tentang spiritualisme baik secara intelektual maupun pengalaman sangat mudah tertipu.


Kesadaran dan Tingkatannya

Pengertian Kesadaran

Berikut ini ada beberapa pengertian dari kesadaran:
- Kesadaran adalah kesadaran akan perbuatan. Sadar artinya merasa, tau atau ingat (kepada    
  keadaan yang sebenarnya), keadaan ingat akan dirinya, ingat kembali (dari pingsannya), siuman,   
  bangun (dari tidur) ingat, tau dan mengerti
- Kesadaran adalah keadaan seseorang di mana ia tahu/mengerti dengan jelas apa yang ada dalam 
  pikirannya. Sedangkan pikiran bisa diartikan dalam banyak makna, seperti ingatan, hasil berpikir, 
  akal, gagasan ataupun maksud/niat.
Kesadaran adalah penghayatan atau pengetahuan yang penuh dari individu akan dirinya sendiri    
  dan  lingkungannya; dalam pemeriksaan psikiatri, setidaknya ada tiga garis pengertian atau 
  penggunaan kesadaran, yaitu:
Kesadaran dalam pengertian psikoanalitik (dan psikodinamik) adalah kesadaran berdasarkan teori 
  topografik dari Sigmund Freud. Kesadaran berdasarkan pengertian psikoanalitik dibagi menjadi tiga 
  yakni:
  1. Alam sadar (conscious), berisikan hal-hal yang berada dalam tingkat pengetahuan sadar individu. Isi mental dalam hal ini dapat berupa ingatan, ide, sensasi, emosi, bayangan mental, dan pengalaman sejenis lainnya.
  2. Alam prasadar (preconscious), berisikan hal-hal yang tidak berada dalam tingkat pengetahuan sadar individu, tetapi dengan mudah dapat ditarik ke alam sadar dengan memusatkan perhatian.
  3. Alam tidak sadar (unconscious), berisikan hal-hal yang tidak berada dalam tingkat pengetahuan sadar individu dan sangat sulit ditarik kembali ke alam sadar.
Kesadaran sebagai keadaan sadar, bukan merupakan keadaan yang pasif melainkan suatu proses aktif yang terdiri dari dua hal hakiki; diferensiasi dan integrasi. Meskipun secara kronologis perkembangan kesadaran manusia berlangsung pada tiga tahap; sensansi (pengindraan), perrseptual (pemahaman), dan konseptual (pengertian). Secara epistemology dasar dari segala pengetahuan manusia tahap perseptual. Sensasi tidak begitu saja disimpan di dalam ingatan manusia, dan manusia tidak mengalami sensasi murni yang terisolasi. Sejauh yang dapat diketahui pengalaman indrawi seorang bayi merupakan kekacauan yang tidak terdeferensiasikan. Kesadaran yang terdiskreminasi pada tingkatan persep. Persep merupakan sekelompok sensasi yang secara otomatis terimpandan dintgrasikan oleh otak dari suatu organisme yang hidup. Dalam bentuk persep inilah, manusia memahami fakta dan memahami realitas. Persep buka sensasi, merupakan yang tersajikan yang tertentu (the given) yang jelas pada dirinya sendiri (the self evidence). Pengetahuan tentang sensasi sebagai bagian komponen dari persep tidak langsung diperoleh mnusia jauh kemudian, merupakan penemuan ilmiah, penemuan konseptual.
Tingkatan kesadaran
Kesadaran yang paling rendah adalah kesadaran inderawi. Selanjutnya yang lebih tinggi adalah kesadaran rasional, lalu kesadaran spiritual, dan paling tinggi adalah kesadarantauhid.
- Kesadaran inderawi. Kesadaran inderawi adalah kesadaran yang sifatnya dipicu oleh panca  
  indera. Melalui kesadaran ini maka kita bisa melihat matahari terbit dari sebelah timur dan 
  tenggelam di sebelah barat. Kesimpulan yang diambil dari kesadaran inderawi ini terbatas pada 
  kemampuan indera kita.
- Kesadaran rasional. Ternyata setelah indera kita tak mampu lagi menjelaskan, manusia bisa naik 
  ke tingkat kesadaran berikutnya yaitu kesadaran rasional. Kesadaran rasional ini menggunakan 
  pikiran untuk menjangkau sesuatu yang tak terjangkau indera. Misalnya, secara inderawi kita   
  hanya mampu melihat bahwa matahari terbit dari timur dan terbenam di barat. Dengan  
  menggunakan akal, dibantu dengan alat-alat yang lebih canggih, manusia kemudian dapat membuat 
  kesimpulan bahwa bumi itu bulat, bumi berotasi ke arah timur, dan bahkan bumi mengelilingi 
  matahari. Manusia dengan bantuan teleskop melihat adanya kejanggalan-kejanggalan alam yang 
  tidak bisa dijelaskan bila matahari mengelilingi bumi. Karena itu dengan kemampuan berpikir 
  rasional manusia dapat mengambil kesimpulan bahwa sebenarnya bumi berotasi ke timur (dan 
  akibatnya seakan-akan matahari mengelilingi bumi). Dengan melihat kedudukan bintang-bintang  
  sepanjang tahun, para astronom akhirnya berkesimpulan bahwa bumi lah yang mengelilingi 
  matahari. Dengan kemampuan pikiran rasional pula manusia yakin bahwa bumi tidak datar, tapi 
  bulat. Setelah ditemukannya teleskop yang mampu melihat benda langit (planet lain), manusia 
  semakin yakin bahwa bumi itu bulat, bukan datar seperti perkiraan sebelumnya. Kita dapat melihat 
  bahwa dengan kemampuan rasional manusia dapat mengambil kesimpulan jauh di luar apa yang 
  dapat sicapai dengan indera. Ibaratnya kesadaran inderawi menggunakan mata fisik, kesadaran 
  rasional menggunakan mata pikiran. Pada kesadaran rasional inilah muncul pengetahuan ilmiah.
- Kesadaran spiritual. Ketika manusia bahkan dengan pikiran rasionalnya tak mampu lagi  
  membuat penjelasan, maka dia akan naik ke tingkat kesadaran spiritual. Kini para ahli telah 
  mengembangkan teori big bang untuk menjelaskan terjadinya alam semesta. Teleskop luar 
  angkasa Hubble telah memeberikan bukti betapa dahsyat dan luasnya alam semesta. Namun 
  kesadaran rasio manusia tak akan mampu menjelaskan ada apa di luar tepi-tepi batas semesta, ada 
  apa sedetik sebelum big bang terjadi, dan apa tujuannya terjadi alam yang luas dengan bumi yang 
  setitik debu di dalamnya ini. Semua kelelahan kesadaran rasional itu membawa manusia ke tingkat 
  kesadaran spiritual, yaitu menyadari adanya sesuatu yang maha dahsyat di balik semua yang tak 
  terjangkau rasio itu. Inilah kesadaran yang mengakui keberadaan Tuhan. Di sinilah muncul 
  pengetahuan nurani atau suara hati.
- Kesadaran Tauhid. Namun kesadaran spiritual belum tentu menghasilkan kesimpulan yang    
  benar. Pada jaman purba, manusia menyembah berhala, kekuatan alam seperti gunung dan 
  matahari, atau kekuatan roh seperti jin. Semakin moderen mulailah muncul kepercayaan atas 
  dewa-dewa, yaitu bahwa pada setiap benda/makhluk ada tuhannya masing-masing. Ada tuhan 
  pohon, angin, monyet, tikus, dan sebagainya. Memang untuk level kesadaran spiritual ini manusia 
  membutuhkan petunjuk wahyu, suatu yang di luar akal manusia, bahkan di luar nurani. Kecerdasan 
  spiritual yang berdasarkan hati nurani masih bisa menyesatkan, misalnya pada kebudayaan Aztek  
  manusia dikorbankan kepada dewa matahari melalui keyakinan yang didasarkan suara hati. Pada  
  tingkatan tertentu, suara hati tak lagi mampu. Misalnya, mengapa kita tega menyembelih kambing? 
  Bukankah suara hati kita miris dan menganggapnya kekejaman? Alasan kuat kita yakin bahwa 
  menyembelih kambing itu sesuatu yang benar (walaupun suara hati memprotesnya) adalah karena 
  tuntunan agama wahyu. Wahyu mengatakan bahwa menyembelih kambing atas nama Allah  
  adalah sah, sedangkan memenggalnya (bukan menyembelih) atau mengatas namakan berhala 
  adalah sesuatu yang haram. Pengetahuan pada level kesadaran Tauhid ini bukan sekedar 
  pengetahuan yang didasarkan pada kesadaran spiritual, namun lebih tinggi lagi karena menjawab 
  persoalan yang terus tak terjawab oleh kesadaran spiritual. Misalnya, apakah tuhan itu banyak? 
  Berapa banyak? Apa sih yang diinginkan tuhan? Mengapa sih manusia diciptakan? Kemana sih 
  kita setelah mati? Semuanya itu dijawab melalui wahyu yang diturunkan kepada para Nabi dan 
  Rasul.


Posted On : Kamis, 17 September 2015Time : 23.09
SHARE TO :
| | Template Created By : Wahyu Hipnosis | CopyRigt By : TRANSPERSONAL | |